Peran Budaya Daerah Dalam Memperkokoh Ketahanan
Budaya Bangsa
Nama : Anggita Ubaedah Meiresa
Kelas : 1KA33
NPM : 10111902
Mata Kuliah : Ilmu Budaya Dasar
Dosen : Muhammad Burhan Amin
Topik Makalah
Peran Budaya Daerah Dalam Memperkokoh Ketahanan
Budaya Bangsa
Kelas : 1-KA33
Tanggal Penyerahan Makalah : 30 Maret 2012
Tanggal Upload Makalah : 31 Maret 2012
P E R N Y A T A A N
Dengan ini saya menyatakan bahwa seluruh pekerjaan dalam penyusunan makalah ini saya buat sendiri tanpa meniru atau mengutip dari tim / pihak lain.
Apabila terbukti tidak benar, saya siap menerima konsekuensi untuk mendapat nilai 1/100 untuk mata kuliah ini.
P e n y u s u n
N P M | Nama Lengkap | Tanda Tangan |
10111902 | Anggita Ubaedah Meiresa |
Program Sarjana Sistem Informasi
UNIVERSITAS GUNADARMA
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah berkenan memberi petunjuk dan kekuatan kepada penulis sehingga makalah, “Kontribusi Pemerintah dan Masyarakat dalam Melestarikan Kebudayaan” dapat diselesaikan.
Makalah ini disusun dan dibuat berdasarkan materi – materi yang ada. Materi – materi bertujuan agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan mahasiswa dalam Ilmu Budaya Dasar. Serta mahasiswa juga dapat memahami nilai – nilai dasar yang direfleksikan dalam berpikir dan bertindak.
Makalah ini dibuat dalam rangka memperdalam pemahaman tentang cara melestarikan kebudayaan Indonesia sekaligus melakukan apa yang menjadi tugas mahasiswa yang mengikuti mata kuliah “Ilmu Budaya Dasar”
Penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap pihak yang telah membantu memotivasi dan memberi masukan-masukan yang bermanfaat sehingga Penulis dapat membuat makalah ini dengan baik. Khususnya, Penulis ucapkan terima kasih kepada Bapak Muhammad Burhan Amin selaku dosen mata kuliah Ilmu Budaya Dasar yang telah memberi tugas makalah ini. Mudah-mudahan dengan mempelajari makalah ini, para mahasiswa akan mampu memahami bagaimana cara melestarikan kebudayaan. Dan dengan harapan semoga mahasiswa mampu berinovasi dan berkreasi dengan potensi yang dimiliki.
Bekasi, 30 Maret 2012
Penulis
DAFTAR ISI
PERNYATAAN …………………………………………………………………….. i
KATA PENGANTAR ……………………………………………………………… ii
DAFTAR ISI.................................................................................................................. iii
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG …………………………………………………………… 1-2
2. TUJUAN………………………………………………………………………….. 2
3. SASARAN……………………………………………………………………….. 2
1. Kekuatan (Strength)……………………………………………………………….. 3
2. Kelemahan (Weakness)……………………………………………………………………. 3-4
3. Peluang (Oppurtunity)……………………………………………………………………...... 4
4. Tantangan/Hambatan ( Threats)……………………………………………………………. 4-5
KESIMPULAN DAN SARAN
1. Kesimpulan………………………………………………………………………… 6
2. Saran……………………………………………………………………………….. 6
Referensi…………………………………………………………………………… 6
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Dalam pengertian yang luas, Judistira (2008:113) mengatakan bahwa kebudayaan daerah bukan hanya terungkap dari bentuk dan pernyataan rasa keindahan melalui kesenian belaka; tetapi termasuk segala bentuk, dan cara-cara berperilaku, bertindak, serta pola pikiran yang berada jauh dibelakang apa yang tampak tersebut.
Wilayah administratif tertentu, menurut Judistira bisa merupakan wilayah budaya daerah, atau wilayah budaya daerah itu meliputi beberapa wilayah administratif, ataupun disuatu wilayah admisnistratif akan terdiri dari bagian-bagian satu budaya daerah.
Wilayah administratif atau demografi pada dasarnya menjadi batasan dari budaya lokal dalam definisinya, namun pada perkembangannya dewasa ini, dimana arus urbanisasi dan atau persebaran penduduk yang cenderung tidak merata, menjadi sebuah persoalan yang mengikis definisi tersebut.
Dalam pengertian budaya lokal atau daerah yang ditinjau dalam faktor demografi dengan polemik di dalamnya, Kuntowijoyo memandang bahwa wilayah administratif antara desa dan kota menjadi kajian tersendiri. Dimana menurutnya, kota yang umumnya menjadi sentral dari bercampurnya berbagai kelompok masyarakat baik lokal maupun pendatang menjadi lokasi yang sulit didefinisikan. Sedangkan di wilayah desa, sangat memungkinkan untuk dilakukan pengidentifikasian.
Dikota-kota dan di lapisan atas masyarakat sudah ada yang kebudayaan nasional, sedangkan kebudayaan daerah dan tradisional menjadi semakin kuat bila semakin jauh dari pusat kota. Sekalipun inisiatif dan kreatifitas kebudayaan daerah dan tradisional jatuh ke tangan orang kota, sense of belonging orang desa terhadap tradisi jauh lebih besar. (Kuntowijoyo,2006:42)
Dalam pengkritisan definisi yang berdasarkan pada konteks demografi ini, Irwan Abdullah memberikan pandangannya :Etnis selain merupakan konstruksi biologis juga merupakan konstruksi sosial dan budaya yang mendapatkan artinya dalam serangkaian interaksi sosial budaya. Berbagai etnis yang terdapat diberbagai tempat tidak lagi berada dalam batas-batas fisik (physical boundaries) yang tegas karena keberadaan etnis tersebut telah bercampur dengan etnis-etnis lain yang antar mereka telah membagi wilayah secara saling bersinggungan atau bahkan berhimpitan. (Abdullah, 2006:86)
Walaupun adanya interaksi antara budaya pendatang dan masyarakat lokal, pada hakekatnya definisi budaya lokal berdasarkan konteks wilayah atau demografis pada hakekatnya tetap masih relevan walaupun tidak sekuat definisi pada konteks suku bangsa. Hal ini seperti yang dikatakan Irwan Abdullah selanjutnya :Keberadaan suatu etnis disuatu tempat memiliki sejarahnya secara tersendiri, khususnya menyangkut status yang dimiliki suatu etnis dalam hubungannya dengan etnis lain. Sebagai suatu etnis yang merupakan kelompok etnis pendatang dan berinteraksi dengan etnis asal yang terdapat disuatu tempat, maka secara alami akan menempatkan pendatang pada posisi yang relatif lemah. (Abdullah, 2006:84)Merujuk pada beberapa pandangan sejumlah pakar budaya dan atau antropolog diatas, maka penulis menyimpulkan bahwa budaya lokal dalam definisinya didasari oleh dua faktor utama yakni faktor suku bangsa yang menganutnya dan yang kedua adalah faktor demografis atau wilayah administratif.
Namun, melihat adanya polemik pada faktor demografis seiring dengan persebaran penduduk, maka penulis akan lebih menekankan definisi budaya lokal sebagai budaya yang dianut suku bangsa, misalnya Budaya Sunda (budaya lokal) adalah budaya yang dianut oleh Suku Bangsa Sunda, hal ini bisa ditentukan oleh minimal bahasa yang digunakan.
1.2 Tujuan
Tujuan dari penyusunan tulisan ini adalah sebagai berikut :
· memberikan gambaran kepada pembaca untuk berperan aktif dalam melestarikan budaya daerah
· memberikan gambaran kepada pembaca pentingnya budaya daerah dalam menunjang budayaan nasional
· sebagai gambaran singkat cara berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah
1.3 Sasaran
Adapun sasaran dari penulisan makalah ini memberikan gambaran pentingnya berperan aktif dalam pelestarian budaya daerah kepada masyarakat Indonesia pada umumnya dan kepada para mahasiswa pada khususnya.
BAB II
PERMASALAHAN
2.1 Kekuatan ( Strength )
· Kekhasan Budaya Indonesia
Kekhasan budaya local yang dimiliki setiap daerah di Indonesia memiliki
kekuatan tersendiri. Misalnya rumah adat,pakaian adat,tarian,alat music ataupun
adat istiadat yang dianut. Kekhasan budaya local ini sering kali menarik pandangan
Negara lain. Terbukti banyaknya turis asing yang ingin mecoba mempelajari
budaya Indonesia seperti belajar khas suatu daerah atau mencari barang-barang
kerajinan untuk di jadikan buah tangan. Ini membuktikkan bahwa budaya bangsa
Indonesia memiliki cirri khas yang unik.
· Kebudayaan local menjadi sumber ketahanan budaya bangsa
Kesatuan budaya local yang dimiliki Indonesia merupakan budaya bnagsa
yang mewakili identitas Negara Indonesia. Untuk itu, budaya local harus tetap
dijaga serta diwarisi dengan baik agar budaya Indonesia tidak punah.
2.2 Kelemahan ( Weakness )
· Perilaku fandalisme atau hologanisme seolah sudah menjadi bagian dalam kehidupan Masyarakat,terutama generasi muda. Pengrusakan dan penjarahan terhadap hak orang lain seolah menjadi bagian yang tidak bisa dilepaskan dari kehidupan sebagian kelompok anak muda dalam melampiaskan kekesalannya, bahkan tidak sedikit nyawa orang lain jadi sasaran.
mereka tumbuh dan berkembang. Perilaku ini tampak dari menurunnya rasa peduli
sebagian generasi muda kita terhadap lingkungan sekitar
· Semakin melunturnya semangat kebersamaan dan gotong royong pada generasi muda, karena semakin tergeser oleh nilai individualis dan nilai materialis. Segala sesuatu diukur dengan ukuran materi atau uang.
· Kurangnya rasa bangga terhadap daerahnya.
Pada diri mereka tumbuh anggapan bahwa sesuatu yang datang dari luar lebih
baik, Sedangkan nilai budaya yang ada di lingkungannya dianggap ketinggalan
jaman.
· Kurangnya penghargaan terhadap budaya
Setempat oleh para pendatang sebagai akibat mulai lunturnya pepatah “Dimana
langit dipijak di situ langit dijunjung” atau “pindah cai pindah tampian”, akibatnya
nilai budaya setempat menjadi tergerus, karena yang tertanam dalam benaknya
hanyalah keuntungan semata bukan bagaimana bisa hidup berdampingan di tengah
keberagaman.
2.3 Peluang ( Opprtunity )
· Menyelenggarakan acara kebudayaan supaya dapat menarik pengungjung asing
· Indonesia dipandang dunia Internasional karena kekuatan budayanya
Apabila budaya lokal dapat di jaga dengan baik, Indonesia akan di pandang sebagai negara yang dapat mempertahankan identitasnya di mata Internasioanal
· Budaya lokal Indonesia sering kali menarik perhatian para turis mancanegara. Ini
dapat dijadikan naiknya devisa bagi negara . Akan tetapi hal ini juga
harus diwaspadai karena banyaknya aksi pembajakan budaya yang mungkin terjadi
· Makin banyaknya pengakuan dari berbagai dunia tentang uniknya budaya Indonesia yang semakin mengangkat citra dan martabat Indonesia dimata dunia
2.4 Ancaman/Hambatan ( Threats )
· Terjadi perubahan kebudayaan
Masuknya kebudayaan barat ke Indonesia dengan sangat mudah seperti perayaan Valentine, April mop, dan Halloween Kurangnya pembelajaran budaya Pada umumnya mereka hanya menirukan kebiasaan yang dilakukan masyarakat barat untuk memberikan kado, tanda kasih sayang ke orang – orang spesial seperti yang dilakukan di film, televisi ataupu di artikel – artikel majalah. Hal ini sangat mengubah kebiasaan masyarakat kita. Buktinya setiap bulan Februari seluruh pusat perbelanjaan di Indonesia selalu dipenuhi oleh pernak pernik Valentine, setiap stasiun televisi menyiarkan berbagai film romantis, dll.
· Pembelajaran tentang budaya, harus ditanamkan sejak dini.
Namun sekarang ini banyak yang sudah tidak menganggap penting mempelajari budaya lokal. Padahal melalui pembelajaran budaya, kita dapat mengetahui pentingnya budaya lokal dalam membangun budaya bangsa serta bagaiman cara mengadaptasi budaya lokal di tengan perkembangan zaman.
· Melemahnya nilai-nilai budaya bangsa
Generasi muda sudah mulai melupakan tentang kebudayaaan yang dimiliki bangsa
Indonesia misalnya dalam berpakaian dulu bangsa Indonesia memakai baju dengan
sopan sekarang generasi muda telah mulai mengabaikan itu telah mengikuti cara
berpakaian orang asing
BAB III
KESIMPULAN dan REKOMENDASI
3.1 Kesimpulan
· Perubahan dinamis dan arus globlisasi yang tinggi menyebabkan masyarakat kita sebagai bangsa Indonesia yang memiliki banyak dan beragam kebudayaan kurang memiliki kesadaran akan pentingnya peranan budaya lokal.
· Memiliki kebudayaan lokal menjadi nilai lebih dibandingkan dengan bangsa lain. Untuk itu kita bisa lebih tanggap dan peduli terhdap kebudayaan daerah.
· Maraknya kebudayaan asing yang telah masuk ke Indonesia akan menimbulkan nilai positif dan adapula negative. Dampak negatif memasukki sendi-sendi atau moral kehidupan bangsa sehingga menimbulkan kekhawatiran bangsa Indonesia akan kehilangan jadi diri sebagai bangsa.
3.2 Rekomendasi
· Membuat pagelaran kebudayaan daerah supaya dapatr menarik pengujung lokal dan pengujung asing
· Melakukan promosi tentang kebudayaan yang dimiliki setiap daerah misalnya melalui media cetak
· Di sekolah adanya pelajaran muatan lokal tentang kebudayaan supaya anak didik mengenal kebudayaan dan mereka juga sebagai generasi penerus agar kebudaayaan tetap terjaga
Referensi
Tidak ada komentar:
Posting Komentar